Carbon Aceh Pte Ltd (“Carbon Aceh or the Company”) dengan senang menyampaikan informasi terbaru kepada pemangku kepentingan mengenai kemajuan yang dicapai oleh PT PEMA Aceh Carbon (“PT PAC”), perusahaan JV yang dimiliki dalam kemitraan dengan PT Pembangunan Aceh (“PEMA”), sebuah perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh Pemerintah Aceh.
• Terbentuknya PT PEMA Aceh Carbon yang dimiliki bersama oleh PEMA dan
Carbon Aceh
• Presentasi oleh PT PAC pada KTT B20 bersamaan dengan KTT G20 para
pemimpin dunia
• Penerimaan data teknis Arun
• Rapat pengukuhan Komisaris PT PAC
• Studi Kelayakan CCS Arun sedang berlangsung
Pada bulan September 2022 Perseroan menandatangani Joint Venture Agreement (“JV”) dengan PEMA, sebuah badan usaha milik Pemerintah Aceh untuk membentuk PT PAC sebagai perusahaan Joint Venture, dengan tujuan mengevaluasi dan mengembangkan kembali lapangan gas Arun yang telah habis untuk penangkapan dan penyimpanan karbon (“Arun CCS”).
Proyek CCS Arun telah diakui sebagai proyek penting nasional yang akan berkontribusi dalam mengubah provinsi Aceh di Indonesia menjadi pusat CCS regional dan akan sangat membantu Indonesia dalam memenuhi target pengurangan emisi yang disepakati di bawah Protokol Paris.
Penandatanganan JV dilakukan di Indonesia oleh Presiden Direktur PEMA, Ali Mulyagusdin dan Managing Director Carbon Aceh, David Lim.
PT PAC resmi didirikan oleh Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham).
Selama bulan November David Lim (Carbon Aceh), Sammy Hamzah (Carbon Aceh) didampingi oleh Linda Stalker (CSIRO, organisasi penelitian Pemerintah Australia) memberi pengarahan kepada HE Duta Besar Indonesia untuk Australia Pak Siswo Pramono tentang proyek Arun CCS.
Selama bulan November, PT PAC yang diwakili oleh Ali Mulyagusdin (PEMA) dan David Lim (Carbon Aceh) diundang untuk mempresentasikan detail proyek Arun CCS pada B20 Business Leaders’ Summit. Presentasi diterima dengan baik dengan diskusi yang sangat bermanfaat bersama berbagai tamu dan delegasi terhormat yang hadir.
Gambar 2(A.) David Lim and Ali Mulyagusdin (PEMA) presentasi di KTT Pemimpin Bisnis B20. (B.) Pertemuan David Lim dengan HE Gubernur Anies Baswedan (C.) Pertemuan David Lim dan Ali Mulyagusdin dengan HE Gubernur Ridwan Kamil.
Pada bulan Desember PT PAC merenovasi dan memperbaharui sebagian Rumah Budaya, sebuah bangunan cagar budaya di Banda Aceh, sebagai kantor pusatnya.
Gambar 3 Perbaikan kantor PT PAC
Pada bulan Januari Country Manager Dr Andang Bachtiar Carbon Aceh memimpin tim ahli teknis dalam kunjungan ke Lapangan Arun dan kemudian pada bulan Februari dokumentasi yang mengizinkan pelepasan data teknis selesai.
Pada bulan Februari, Pak Marzuki Daham diangkat menjadi Presiden Direktur PT PAC mulai tanggal 1 Februari. Marzuki Daham adalah alumnus Texas A&M dimana beliau lulus dengan gelar BSc di bidang Teknik Perminyakan. Ada beberapa lagi yang memenuhi syarat untuk memimpin PT PAC dan pembangunan kembali Arun. Pak Marzuki memulai karirnya di industri perminyakan lebih dari 40 tahun yang lalu di lapangan Arun. Beliau menghabiskan 9 tahun di lapangan Arun untuk mendapatkan pengalaman dalam operasi lapangan sebelum pindah ke berbagai posisi Komersial dan Teknis senior di Mobil Oil - sekarang ExxonMobil, Chevron Indonesia dan BUMN PGN LNG Indonesia.
Antara 2016 dan 2018, Pak Marzuki Daham adalah Ketua BPMA, Badan Pengawas Minyak & Gas Aceh. Dalam peran tersebut, Bapak Daham mengelola industri hulu migas di Provinsi Aceh untuk melindungi kepentingan pemerintah sekaligus bekerja sama dengan kontraktor KKS untuk mendorong eksplorasi dan eksploitasi dalam koridor regulasi yang ada.
Pada bulan Maret, Carbon Aceh dan manajemen PT PAC bertemu dengan Dirjen MIGAS, Profesor Tutuka Ariadji untuk memberikan update status pengumpulan data dan perkembangan proyek Arun CCS. Profesor Tutuka dengan murah hati menawarkan jasa personel MIGAS untuk mempercepat transfer data dari Pertamina Hulu Energi (PHE), PEMA Global Energy (PGE), dan PUSDATIN (basis data nasional).
Data Arun sedang diakses dari berbagai sumber dan dalam berbagai format. Pengumpulan dan kurasi data Arun merupakan pekerjaan besar dan melelahkan yang akan memakan waktu beberapa bulan. Tugas penting ini diemban oleh Dr Andang Bachtiar dan timnya yang berbasis di Banda Aceh dan Jakarta. Hasil dari pekerjaan ini akan menjadi fondasi di mana proyek akan dibangun dan akan dikembalikan ke arsip nasional sebagai aset bangsa.
Rapat perdana Dewan Komisaris PT PAC berlangsung di Jakarta selama bulan Maret. Rapat tersebut membahas dan mengesahkan Rencana Bisnis awal, Struktur Organisasi dan Prosedur Akuntansi. Bersamaan dengan pengumpulan dan kurasi data, ini juga merupakan fondasi di mana perusahaan akan dibangun.
Perjanjian dasar di mana PT PAC didirikan mengamanatkan perusahaan untuk mengembangkan, menerapkan, dan mengoperasikan Proyek CCS Arun yang akan digunakan untuk mengurangi emisi karbon dan memfasilitasi pembangunan ekonomi di seluruh wilayah. Selain studi rinci tentang sumur Arun, studi ini akan mengevaluasi potensi penggunaan kembali sumur, jaringan pipa, dan semua fasilitas dan peralatan yang ada dan diperlukan untuk pengoperasian proyek CCS.
Berkat kemajuan signifikan yang dibuat oleh Dr Andang Bachtiar dan timnya dalam menyusun dan mengkurasi data Arun, studi kelayakan kini siap dimulai.
Managing Director Carbon Aceh Pte Ltd David Lim berkomentar, “Kami senang dengan dukungan yang telah diterima PT PAC di semua tingkat pemerintahan di Aceh dan Indonesia. Ini adalah proyek penting nasional bagi Indonesia dan kami bangga menjadi bagian darinya melalui kepemilikan saham kami di PT PAC. Menggunakan kembali Waduk Arun sebagai fasilitas CCS akan memberikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan untuk Aceh sekaligus memberikan kontribusi yang berarti bagi pengurangan emisi dengan salah satu proyek CCS terbesar di dunia.”
Untuk rincian lebih lanjut silahkan hubungi Carbon Aceh Pte Ltd Email info@carbonaceh.com Web www.carbonaceh.com
CCS mencakup penangkapan emisi karbon dioksida (CO2) dari produksi minyak dan gas, proses industri, seperti produksi baja dan semen, atau dari pembakaran bahan bakar fosil dalam pembangkit listrik. Karbon ini kemudian diangkut dari tempat produksi, melalui kapal atau pipa, dan disimpan jauh di bawah tanah dalam formasi geologis.
Peran Penangkapan dan Penyimpanan Karbon (CCS) dalam memenuhi tujuan energi dan iklim global diakui secara luas. Tanpa CCS dunia tidak akan memenuhi target pengurangan emisi. International Energy Agency (IEA) dan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) memperkirakan bahwa CCS akan memberikan kontribusi signifikan (15-55%) dari pengurangan yang diperlukan untuk mempertahankan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer hingga 450 bagian per juta (ppm) pada tahun 2050. Ukuran industri CCS global dapat mendekati ukuran industri gas alam dunia dalam beberapa dekade menciptakan mesin pertumbuhan yang signifikan, di samping energi terbarukan, dalam ekonomi rendah emisi yang baru.
Dari sekitar tahun 1980 hingga 2000, Indonesia adalah pengekspor Liquefied Natural Gas (“LNG”) terbesar di dunia dan Lapangan Arun raksasa di Aceh, yang ditemukan oleh Mobil Oil Corporation pada tahun 1971 bertanggung jawab atas sekitar 30% produksi LNG Indonesia. Selama awal 1990-an, Lapangan Arun memproduksi lebih dari 100.000 barel kondensat per hari dan 3.500 juta kaki kubik gas per hari yang memasok 6 kilang LNG yang mampu memproduksi lebih dari 10 juta ton LNG per tahun. Bidang tersebut bertanggung jawab atas 25% keuntungan global Mobil dan merupakan salah satu pilar ekonomi Indonesia.
Meskipun lapangan terus menghasilkan volume gas yang sangat kecil, bisnis LNG Arun ditutup pada tahun 2014 karena tingkat produksi yang menurun dan tekanan sumur yang rendah. Arun adalah salah satu ladang minyak dan gas terbesar di Asia Pasifik dengan produksi kumulatif lebih dari 16 triliun kaki kubik gas dan 700 juta barel kondensat. Sekarang menjadi salah satu ladang minyak dan gas terkuras terbesar, jika bukan yang terbesar di wilayah tersebut.
Lapangan Arun dikembangkan dengan sumur dan infrastruktur terkonsentrasi menjadi empat klaster. Lebih dari 140 sumur telah dibor di lapangan dengan sebagian besar dilengkapi dengan kepala sumur baja tahan karat tekanan kerja 10.000 psi untuk menahan korosi dari cairan produksi bertekanan tinggi dan bersuhu tinggi yang mengandung CO2.
Gas diinjeksikan kembali ke sumur melalui 12 sumur injeksi untuk pemeliharaan tekanan. Selama periode 1976 hingga 1997, 5,2 triliun kaki kubik gas diinjeksikan kembali ke dalam sumur yang memberikan data berharga tentang perilaku sumur selama injeksi.
Lapangan tersebut memiliki tekanan sumur awal yang sangat tinggi lebih dari 7.000 psi dan suhu 180°C pada kedalaman 3.000m di bawah laut. Pada tahun 2005 tekanan sumur telah menurun menjadi sekitar 500 psi, hal yang baik dari segi injeksi CO2.
Penggunaan kembali Arun sebagai pusat CCS regional akan berdampak signifikan terhadap ekonomi lokal dan regional Aceh. Akan ada lapangan pekerjaan baru yang diciptakan baik dari pembangunan maupun pengoperasian fasilitas. Ada ladang gas yang belum dikembangkan di wilayah tersebut yang berpotensi mengandung lebih dari 500 juta ton CO2. Ladang-ladang yang saat ini terdampar berpotensi dikembangkan jika CO2 dipisahkan dari gas penjualan dan disimpan di fasilitas Arun. Gas yang dihasilkan dari ladang ini dapat digunakan untuk menggantikan batu bara yang saat ini digunakan dalam pembangkit listrik dan/atau untuk menghasilkan hidrogen biru dan amonia.